Jumat, 04 Desember 2015

Lumban buL-buL , Toba samosir

LUMBAN BULBUL BALIGE, TOBA SAMOSIR

Orang-orang setempat menyebut pantai ini Pantai Ancol. Mungkin karena pantainya yang indah. Tak hanya itu, di tepi pantai terdapat pasir putih yang masih alami. Tak heran pantai yang berada di Kecamatan Lumban Bulbul Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir ini bisa dikembangkan menjadi sebagai salah satu tujuan wisata alternatif di Danau Toba selain Samosir dan Parapat.




















       Keistimewaan dari pantai tersebut, selain pantainya indah yang memiliki pasir putih juga dipinggiran pantainya ditumbuhi pepohonan yang bisa dijadikan sebagai tempat berlindung.
Pokoknya, jika anda ingin melepas lelah atau tertarik menikmati masa liburan bersama keluarga, Pantai Ancolnya tobasa ini lah yang bisa menjawab keinginan anda untuk melepas kegaduhan selama anda bekerja.
   Seperti Samosir, di Desa Lumban Bulbul masih terdapat peninggalan sejarah budaya Batak. Dari segi arsitektur misalnya, masih terdapat rumah Batak yang dapat dikelola kembali sebagai objek wisata, maupun direnovasi sebagai homestay bagi wisatawan asing. obyek wisata tersebut setiap hari libur selalu ramai didatangi warga, setiap pengunjung yang datang ke sana kebayakan bersama kerabat dan keluarganya, sembari mandi-mandi di pinggiran Danau Toba itu.


















Sebelum Tobasa mekar dari Kabupaten Taput, bahwa lokasi itu tergolong ramai dikunjungi orang, karena saat itu masih banyak kafe-kafe yang berdiri di sepanjang pantai. Makanya, lokasi ini disebut Pantai Ancolnya Tobasa. Karena keindahan pantainya itulah sehingga warga menyebut lokasi itu Pantai Ancol.

Walaupun kafe-kafe yang dulunya banyak menyajikan makanan dan minuman tidak ada lagi kita jumpai, tapi hingga saat ini warga maupun turis local masih banyak mengunjungi lokasi tersebut . memang persoalan sekarang keberadaan pantai tersebut hingga kini belum ada perhatian dari Pemkab Tobasa. Kalau dibandingkan dengan obyek wisata yang ada di Kabupaten lainnya yakni Kabupaten Serdang Bedagai yang hanya mengandalkan pantai Cermin saja Daerah itu saat ini banyak dikunjungi turis manca Negara maupun local. Kenapa justru di Tobasa umumnya obyek wisatanya indah-indah terkesan terabaikan yang tak bisa memberikan nilai positif bagi daerah ini.


Namun tak apa, dengan semakin banyak nya orang yang berminat kesana pasti masyarakat ataupun pemerintah setempat akan semakin sadar bahwa anugrah dari Tuhan tersebut harus dikembangkan. Ayoo buat teman semua nya, mari beramai-rami ke lumban bul-bul. Nikmati serpihan dari surga tersebut. Yang berminat ? Yo mariii J

Kamis, 26 November 2015

Adat Batak Toba Samosir


Horas ----

Tata cara adat batak toba samosir :
       Ada beberapa maca tata cara ada batak toba, yang salah satunya adalah Paratur ni parhundulon (Posisi Duduk).
Didalam kehidupan orang Batak sehari-hari kekerabatan (partuturon) adalah kunci pelaksanaan dari falsafah hidupnya, Boraspati (ini digambarkan dengan dua ekor cecak/cicak, saling berhadapan, yang menempel di kiri-kanan Ruma Gorga/Sopo/Rumah Batak). Kekerabatan itu pula yang menjadi semacam tonggak agung untuk mempersatukan hubungan darah, menentukan sikap kita untuk memperlakukan orang lain dengan baik.
Paratur ni parhundulon atau posisi duduk adalah salah satu istilah dalam ritual adat Batak, yang kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Posisi duduk dalam suatu acara adat Batak sangat penting, karena itu akan mencerminkan unsur-unsur penghormatan kepada pihak-pihak tertentu. Karena yang menulis bacaan ini, termasuk saya, kesemuanya perempuan, maka ada baiknya kita memposisikan diri sebagai pihak perempuan, agar nantinya mudah memahami berbagai struktur partuturon yang saya dan kita semua tahu, sangat rumit. Kepada ito-ito yang mungkin akan kebingungan, cobalah membayangkan seolah ito-ito semua adalah perempuan dalam keluarga. Di akhir bacaan ini, diharapkan pembaca bisa memahami posisinya masing-masing.




Petuah nenek moyang kita:

Ø Jolo tiniptip sanggar, laho bahen huruhuruan, jolo sinungkun marga, asa binoto partuturan
Ø Hau antaladan, parasaran ni binsusur, sai tiur do pardalanan molo sai denggan iba martutur

Ada tiga bagian kekerabatan, dinamakan ” Dalihan Na Tolu ”:

Ø Manat mardongan tubu = hati-hati bersikap terhadap dongan tubu
Ø Elek marboru = memperlakukan semua perempuan dengan kasih
Ø Somba marhulahula = menghormati pihak keluarga perempuan


Yang dimaksud dengan dongan tubu ( sabutuha ) :
1. Dongan sa-ama ni suhut = saudara kandung
2. Paidua ni suhut ( ama martinodohon ) = keturunan Bapatua/Amanguda
3. Hahaanggi ni suhut / dongan tubu ( ompu martinodohon ) = se-marga, se-kampung
4. Bagian panamboli ( panungkun ) ni suhut = kerabat jauh
5. Dongan sa-marga ni suhut = satu marga
6. Dongan sa-ina ni suhut = saudara beda ibu
7. Dongan sapadan ni marga ( pulik marga ), mis : Tambunan dengan Tampubolon ( Padan marga akan saya tuliskan juga nanti, lengkap dengan ‘Padan na buruk’ =sumpah mistis jaman dulu yang menyebabkan beberapa marga berselisih, hewan dengan marga, kutukan yang abadi, dimana hingga saat ini tetap ada tak berkesudahan )

Kata-kata bijak dalam berhubungan dengan dongan sabutuha :
1.Manat ma ho mardongan sabutuha, molo naeng sangap ho
2.Tampulon aek do na mardongan sabutuha
3.Tali papaut tali panggongan, tung taripas laut sai tinanda do rupa ni dongan

Yang dimaksud dengan boru :
1. Iboto dongan sa-ama ni suhut = ito kandung kita
2. Boru tubu ni suhut = puteri kandung kita
3. Namboru ni suhut
4. Boru ni ampuan, i ma naro sian na asing jala jinalo niampuan di huta ni iba = perempuan pendatang yang sudah diterima dengan baik di kampung kita
5. Boru na gojong = ito, puteri dari Amangtua/Amanguda ataupun Ito jauh dari pihak ompung yang se-kampung pula dengan pihak hulahula
6. Ibebere/Imbebere = keponakan perempuan
7. Boru ni dongan sa-ina dohot dongan sa-parpadanan = ito dari satu garis tarombo dan perempuan dari marga parpadanan ( sumpah ).
8. Parumaen/maen = perempuan yang dinikahi putera kita, dan juga isteri dari semua laki-laki yang memanggil kita ‘Amang’

Kata-kata bijak dalam berhubungan dengan boru :
  1. Elek ma ho marboru, molo naeng ho sonang
  2. Bungkulan do boru ( sibahen pardomuan )
  3. Durung do boru tomburon hulahula, sipanumpahi do boru tongtong di hulahula
  4. Unduk marmeme anak, laos unduk do marmeme boru =    kasih sayang yang sama terhadap putera dan puteri
  5. Tinallik landorung bontar gotana, dos do anak dohot boru nang pe pulikpulik margana


Kata-kata bijak perihal bere :
Amak do rere anak do bere, dangka do dupang ama do tulang
Hot pe jabu i sai tong do i margulanggulang, tung sian dia pe mangalap boru bere i sai hot do i boru ni tulang

Yang dimaksud dengan hulahula :
  1. Tunggane dohot simatua = lae kita dan mertua
  2. Tulang
  3. Bona Tulang = tulang dari persaudaraan ompung
  4. Bona ni ari = hulahula dari Bapak ompung kita ( rumit ). Pokoknya, semua hulahula yang posisinya sudah jauh di atas, dinamai Bona ni ari.
  5. Tulang rorobot = tulang dari lae/isteri kita, tulang dari nantulang kita, tulang dari ompung boru lae kita dan keturunannya. Boru dari tulang rorobot tidak bisa kita nikahi, merekalah yang disebut dengan inang bao.
Seluruh hulahula dongan sabutuha, menjadi hulahula kita juga ( wow )


Kata-kata bijak penuntun hubungan kita dengan hulahula:
  1. Sigaiton lailai do na marhulahula, artinya ; sebagaimana kalau kita ingin menentukan jenis kelamin ayam (jantan/betina ), kita terlebih dulu menyingkap lailai-nya dengan ati-hati, begitupula terhadap hulahula, kita harus terlebih dulu mengetahui sifat-sifat dan tabiat mereka, supaya kita bisa berbuat hal-hal yang menyenangkan hatinya.
  2. Na mandanggurhon tu dolok do iba mangalehon tu hulahula, artinya ; kita akan mendapat berkat yang melimpah dari Tuhan, kalau kita berperilaku baik terhadap hulahula.
  3. Hulahula i do debata na tarida
  4. Hulahula i do mula ni mata ni ari na binsar. Artinya, bagi orang Batak, anak dan boru adalah matahari ( mata ni ari ). Kita menikahi puteri dari hulahula yang kelak akan memberi kita hamoraon, hagabeon, hasangapon, yaitu putera dan puteri (hamoraon, hagabeon, hasangapon yang hakiki bagi orang Batak bukanlah materi, tetapi keturunan,selengkapnya baca di ‘Ruma Gorga’ )
  5. Obuk do jambulan na nidandan baen samara, pasupasu na mardongan tangiang ni hulahula do mambahen marsundutsundut so ada mara
  6. Nidurung Situma laos dapot Porapora, pasupasu ni hulahula mambahen pogos gabe mamora


Nama-nama partuturon dan bagaimana kita memanggilnya ( ini versi asli, kalau ternyata dalam masa sekarang kita salah menggunakannya, segeralah perbaiki ) (sekali lagi, kita semua memposisikan diri kita sebagai laki-laki )

A. Dalam keluarga satu generasi :
(1) Amang/Among : kepada bapak kandung
(2) Amangtua : kepada abang kandung bapak kita, maupun par-abangon bapak dari dongan sabutuha, parparibanon. Namun kita bisa juga memanggil ‘Amang’ saja
(3) Amanguda : kepada adik dari bapak kita, maupun par-adekon bapak dari dongan sabutuha, parparibanon. Namun bisa juga kita cukup memanggilnya dengan sebutan “Amang’ atau ‘Uda’
(4) Haha/Angkang : kepada abang kandung kita, dan semua par-abangon baik dari amangtua, dari marga
(5) Anggi : kepada adik kandung kita, maupun seluruh putera amanguda, dan semua laki-laki yang marganya lebih muda dari marga kita dalam tarombo. Untuk perempuan yang kita cintai, kita juga bisa memanggilnya dengan sebutan ini atau bisa juga ‘Anggia’
(6) Hahadoli : atau ‘Angkangdoli’, ditujukan kepada semua laki-laki keturunan dari ompu yang tumodohon ( mem-per-adik kan ) ompung kita
(7) Anggidoli : kepada semua laki-laki yang merupakan keturunan dari ompu yang ditinodohon ( di-per-adik kan ) ompung kita, sampai kepada tujuh generasi sebelumnya. Uniknya, dalam acara ritual adat, panggilan ini bisa langsung digunakan ( tidak perlu memakai Hata Pantun atau JagarJagar ni hata : tunggu artikel berikut )
(8) Ompung : kepada kakek kandung kita. Sederhananya, semua orang yang kita panggil dengan sebutan ‘Amang’, maka bapak-bapak mereka adalah ‘Ompung’ kita. Ompung juga merupakan panggilan untuk datu/dukun, tabib/Namalo.
(9) Amang mangulahi : kepada bapak dari ompung kita. Kita memanggilnya ‘Amang’
(10) Ompung mangulahi: kepada ompung dari ompung kita
(11) Inang/Inong : kepada ibu kandung kita
(12) Inangtua : kepada isteri dari semua bapatua/amangtua
(13) Inanguda : kepada isteri dari semua bapauda/amanguda
(14) Angkangboru : kepada semua perempuan yang posisinya sama seperti ‘angkang’
(15) Anggiboru : kepada adik kandung. Kita memanggilnya dengan sebutan ‘Inang’
(16) Ompungboru : lihat ke atas
(17) Ompungboru mangulahi : lihat ke atas
(Note : sampai disini, kalau masih bingung, mari minum-minum kopi sambil merokok-merokok, atau minum-minum jus)

B. Dalam hubungan par-hulahula on
(a) Simatua doli : kepada bapak, bapatua, dan bapauda dari isteri kita. Kita memangilnya dengan sebutan ‘Amang’
(b) Simatua boru : kepada ibu, inangtua, dan inanguda dari isteri kita. Kita cukup memangilnya ‘Inang’
(c) Tunggane : disebut juga ‘Lae’, yakni kepada semua ito dari isteri kita
(d) Tulang na poso : kepada putera tunggane kita, dan cukup dipangil ‘Tulang’
(e) Nantulang na poso : kepada puteri tunggane kita, cukup dipanggil ‘Nantulang’
(f) Tulang : kepada ito ibu kita
(g) Nantulang : kepada isteri tulang kita
(h) Ompung bao : kepada orangtua ibu kita, cukup dipanggil ‘Ompung’
(i) Tulang rorobot : kepada tulang ibu kita dan tulang isteri mereka, juga kepada semua hulahula dari hulahula kita (amangoi…borat na i )
(j) Bonatulang/Bonahula : kepada semua hulahula dari yang kita panggil ‘Ompung’
(k) Bona ni ari : kepada hulahula dari ompung dari semua yang kita panggil ‘Amang’, dan generasi di atasnya

C. Dalam hubungan par-boru on
(1) Hela : kepada laki-laki yang menikahi puteri kita, juga kepada semua laki-laki yang menikahi puteri dari abang/adik kita. Kita memanggilnya ‘Amanghela’
(2) Lae : kepada amang, amangtua, dan amanguda dari hela kita. Juga kepada laki-laki yang menikahi ito kandung kita
(3) Ito : kepada inang, inangtua, dan inanguda dari hela kita
(4) Amangboru : kepada laki-laki ( juga abang/adik nya) yang menikahi ito bapak kita
(5) Namboru : kepada isteri amangboru kita
(6) Lae : kepada putera dari amangboru kita
(7) Ito : kepada puteri dari amangboru kita
(8) Lae : kepada bapak dari amangboru kita
(9) Ito : kepada ibu/inang dari amangboru kita
(10) Bere : kepada abang/adik juga ito dari hela kita
(11) Bere : kepada putera dan puteri dari ito kita
(12) Bere : kepada ito dari amangboru kita

Beberapa hal yang perlu di ingat :
- Hanya laki-laki lah yang mar-lae, mar-tunggane, mar-tulang na poso dohot nantulang na poso
- Hanya perempuan lah yang mar-eda, mar-amang na poso dohot inang na poso
- Di daerah seperti Silindung dan sekitarnya, dalam parparibanon, selalu umur yang menentukan mana sihahaan (menempati posisi haha ), mana sianggian ( menempati posisi anggi ). Tapi kalau di Toba, aturan sihahaan dan sianggian dalam parparibanon serta dongan sabutuha sama saja aturannya. 


Taman eden 100, Toba samosir

HUTAN TAMAN EDEN 100, NUANSA ALAM HIJAU TOBA SAMOSIR
         
Memang selalu menarik apabila kita berbicara tentang pesona alam yang terdapat di Danau Toba dan sekitarnya. Bagaimana tidak ? Bentang alam yang terdapat di kawasan danau vulkanik tersebut menyimpan sejuta keunikan yang sangat layak untuk dikunjungi, apalagi ragam objek wisata mulai dari wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya dan lainnya dengan mudah dapat kita jumpai di kawasan ini.
Dengan potensi alam yang seperti ini, maka tak heran lagi apabila Danau Toba telah menjadi destinasi pariwisata yang sangat populer di Indonesia bahkan di berbagai belahan dunia. Sehingga tak jarang, apabila kita berada di sekitar Danau Toba maka banyak sekali wisatawan dari berbagai mancanegara yang memadati objek wisata di sekitar danau vulkanik ini, terlebih lagi wisatawan mancanegara ini telah mempunyai destinasi wisata berupa perkampungan tersendiri yang biasanya memang dipadati oleh mereka disaat musim liburan.
Selain ragam objek wisata yang terdapat di sekitar Danau Toba, ada sebuah kawasan wisata yang juga sangat menarik untuk dikunjungi. Kawasan tersebut bernama Hutan Taman Eden 100. Tentunya bagi Anda yang pernah melintasi jalan raya di sekitar kawasan Danau Toba, Anda pasti pernah melihat papan tanda yang bertuliskan Hutan Taman Eden 100 di sisi jalan.
Ya, objek wisata ini tentu saja berupa hutan lindung, namun uniknya di dalam Hutan Taman Eden 100 ini mempunyai beragam jenis tumbuh-tumbuhan khas dataran tinggi yang berjumlah 100 jenis tumbuhan dan diantaranya merupakan tumbuhan yang sangat langka di Indonesia. Objek wisata yang satu ini memang layak untuk Anda kunjungi, terlebih lagi apabila Anda menyukai kegiatan outdoor adventure.
Objek wisata ini telah banyak menarik minat para wisatawan untuk mengunjungi keindahan yang terdapat di dalamnya, bahkan pada bulan-bulan tertentu, terlihat juga beberapa wisatawan yang berasal dari mancanegara yang berhiking ria disekitar objek wisata ini.
Hutan Taman Eden 100, objek wisata ini terletak di Lumban Julu, tepatnya di Kabupaten Toba Samosir yang merupakan salah satu kawasan dataran tinggi di Sumatera Utara. Seperti namanya Hutan Taman Eden 100, di dalamnya tentu saja terdapat 100 jenis tumbuhan khas dataran tinggi. Namun yang menarik perhatian wisatawan adalah beberapa jenis tumbuhan Anggrek yang menghiasi kawasan hutan, seperti anggrek yang jenisnya cukup banyak di Indonesia bahkan beberapa diantara anggrek-anggrek tersebut ada anggrek yang jenisnya sangat langka di Indonesia.
Sehingga apabila Anda ingin melihatnya, Anda dapat mengunjungi kawasan hutan ini.

Tanaman Anggrek tersebut di tempatkan di sebuah kawasan khusus di tengah Hutan Taman Eden 100, dan tentu saja keberadaan anggrek-anggrek tersebut dilindungi oleh pihak pengelola. Kawasan tanaman Anggrek ini yang biasanya selalu dikunjungi oleh para wisatawan dari mancanegara.
Selain melihat anggrek, Anda juga dapat menelusuri kawasan hutan yang di dalamnya terdapat banyak eksotika yang cukup indah. Salah satunya adalah Gua Kelelawar.
Nah, bagi Anda yang mempunyai kegemaran menelusuri gua, Anda pun dapat menelusuri Gua Kelelawar ini, letaknya tepat di bagian dalam hutan. Tak hanya menelusuri gua saja, Anda pun juga dapat menikmati air terjun yang terdapat di salah satu sisi bagian luar dari Gua Kelelawar.
Air terjun ini biasanya selalu menjadi tujuan utama para wisatawan, terlebih lagi air terjun ini cukup unik, dengan debitnya yang sangat deras, bermuara ke sebuah sungai yang cukup besar, apalagi di sekitarnya ditumbuhi oleh pepohonan rindang. Tentunya akan menambah eksotika keindahan yang terdapat di Hutan Taman Eden 100 ini.
Bahkan kabarnya di sekitar kawasan hutan ini, ada sekitar 3 buah air terjun yang masing-masing eksotika yang berbeda, ada yang bertingkat 2 hingga air terjun yang bertingkat 7 dengan debitnya yang cukup deras. Bahkan setiap hari libur, ketiga air terjun tersebut selalu dipadati oleh wisatawan. Menarik bukan ?
Selain itu, di Hutan Taman Eden 100 ini juga terdapat sebuah tempat yang cukup unik. Tempat tersebut bernama Rumah Tarzan dan letaknya persis di atas pohon rindang. Sehingga apabila Anda berada di dalam Rumah Tarzan ini, Anda dapat melihat panorama yang terbentang di sekitar Hutan Taman Eden 100, bahkan Anda pun juga dapat menikmati panorama Danau Toba yang membentang sejauh mata memandang dengan perbukitan yang hijau yang menghiasinya.
Seiring dengan perkembangan area Hutan Taman Eden 100 dan beberapa fasilitas yang telah terdapat di dalamnya, kini objek wisata ini tidak hanya di minati oleh wisatawan. Sebab, pada hari Sabtu maupun Minggu, terdapat beberapa kelompok Pecinta Alam yang melaksanakan kegiatan outdoor di sekitar objek wisata ini.
Bahkan di kawasan hutan ini juga telah dibangun area Camping Ground, sehingga tampak beberapa tenda dari kelompok Pecinta Alam tersebut yang mendirikannya di sekitar objek wisata ini. Kelompok Pecinta Alam tersebut biasanya berasal dari Kota Medan, Kota Pematang Siantar maupun dari kota-kota lainnya di Sumatera Utara.
Bagaimana, Anda tertarik untuk berkunjung ke Hutan Taman Eden 100 ? Bagi Anda yang ingin berkunjung ke objek wisata ini, Anda dapat menempuh perjalanan dari Kota Medan menuju Kabupaten Toba Samosir selama 3,5 jam hingga 4 jam perjalanan. Bahkan selama dalam perjalanan, panorama alam yang sangat asri akan memanjakan mata Anda sehingga Anda tidak akan bosan-bosannya menelusuri berbagai objek wisata yang terdapat di sekitar kawasan Danau Toba.


Rabu, 25 November 2015

Jeniskebudayaan di Toba samosir daLam adat batak

Kebudayaan Batak Toba


BATAK TOBA

 Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang wilayahnya meliputi Balige, Porsea, Parsoburan, Laguboti, Ajibata, Uluan, Borbor, Lumban Julu, dan sekitarnya. Silindung, Samosir, dan Humbang bukanlah Toba. Karena 4 (empat) sub atau bagian suku bangsa Batak (Silindung_Samosir_Humbang_Toba) memiliki wilayah dan contoh marga yang berbeda.
Pada Desember 2008, Keresidenan Tapanuli disatukan dalam Provinsi Sumatera Utara. Toba saat ini masuk dalam wilayah Kabupaten Toba Samosir yang beribukota di Balige.
Kabupaten Toba Samosir dibentuk berdasarkan Undang-Undang No 12. Tahun 1998 tentang pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Toba Samosir dan Kabupaten Mandailing Natal, di Daerah Tingkat I Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Toba Samosir ini merupakan pemekaran dari Daerah Tingkat II Kabupaten Tapanuli Utara.

1.Marga pada suku Batak Toba


Marga atau nama keluarga adalah bagian nama yang merupakan pertanda dari keluarga mana ia berasal.  Orang Batak selalu memiliki nama Marga/keluarga. Nama / marga ini diperoleh dari garis keturunan ayah (patrilinear) yang selanjutnya akan diteruskan kepada keturunannya secara terus menerus. Dikatakan sebagai marga pada suku bangsa BatakToba ialah marga-marga pada suku bangsa Batak yang berkampung halaman (marbona pasogit) di daerah Toba.  Sonak Malela yang mempunyai 3 (tiga) orang putera dan menurunkan 4 (empat) marga, yaitu:Simangungsong, Marpaung, Napitupulu, dan Pardede, merupakan salah satu cotoh marga pada suku bangsa Batak Toba.

 

2.Tarombo atau Silsilah


Silsilah atau Tarombo merupakan suatu hal yang sangat penting bagi orang Batak. Bagi mereka yang tidak mengetahui silsilahnya akan dianggap sebagai orang Batak kesasar (nalilu). Orang Batak diwajibkan mengetahui silsilahnya minimal nenek moyangnya yang menurunkan marganya dan teman semarganya (dongan tubu). Hal ini diperlukan agar mengetahui letak kekerabatannya (partuturanna) dalam suatu klan atau marga.

Falsafah dalam adat batak toba

Falasafah adat batak toba dikenal dengan Dalihan Na Tolu yang terdiri dari:
  1.  Somba Marhula-hula                                                                                             2. Manat Mardongan Tubu                                                                                         3. Elek Marboru
§  Hulahula/Mora adalah pihak keluarga dari isteri. Hula-hula ini menempati posisi yang paling dihormati dalam pergaulan dan adat-istiadat Batak (semua sub-suku Batak) sehingga kepada semua orang Batak dipesankan harus hormat kepada Hulahula (Somba marhula-hula).
§  Dongan Tubu/Hahanggi disebut juga Dongan Sabutuha adalah saudara laki-laki satu marga. Arti harfiahnya lahir dari perut yang sama. Mereka ini seperti batang pohon yang saling berdekatan, saling menopang, walaupun karena saking dekatnya kadang-kadang saling gesek. Namun, pertikaian tidak membuat hubungan satu marga bisa terpisah. Diumpamakan seperti air yang dibelah dengan pisau, kendati dibelah tetapi tetap bersatu. Namun demikian kepada semua orang Batak (berbudaya Batak) dipesankan harus bijaksana kepada saudara semarga. Diistilahkan, manat mardongan tubu.
§  Boru/Anak Boru adalah pihak keluarga yang mengambil isteri dari suatu marga (keluarga lain). Boru ini menempati posisi paling rendah sebagai ‘parhobas’ atau pelayan, baik dalam pergaulan sehari-hari maupun (terutama) dalam setiap upacara adat. Namun walaupun berfungsi sebagai pelayan bukan berarti bisa diperlakukan dengan semena-mena. Melainkan pihak boru harus diambil hatinya, dibujuk, diistilahkan: Elek marboru.

 

3.Kultur atau Budaya dalam Batak Toba 

 1.  Perkawinan

Proses perkawinan dalam adat kebudayaan Batak-Toba menganut hukum eksogami (perkawinan di luar kelompok suku tertentu). Ini terlihat dalam kenyataan bahwa dalam masyarakat Batak-Toba: orang tidak mengambil isteri dari kalangan kelompok marga sendiri (namariboto), perempuan meninggalkan kelompoknya dan pindah ke kelompok suami, dan bersifat patrilineal, dengan tujuan untuk melestarikan galur suami di dalam garis lelaki. Hak tanah, milik, nama, dan jabatan hanya dapat diwarisi oleh garis laki-laki.



Ada 2 (dua) ciri utama perkawinan ideal dalam masyarakat Batak-Toba, yakni (1) Berdasarkan rongkap ni tondi (jodoh) dari kedua mempelai; dan (2) Mengandaikan kedua mempelai memiliki rongkap ni gabe (kebahagiaan, kesejahteraan), dan demikian mereka akan dikaruniai banyak anak.
Berdasarkan jenisnya ritus atau tata cara yang digunakan, perkawinan adat Bata Toba dibagi menjadi 3 (tiga) tingkatan:
1.Unjuk: ritus perkawinan yang dilaksanakan berdasarkan semua prosedur adat Batak Dalihan Na Tolu. Inilah yang disebut sebagai tata upacara ritus perkawinan biasa (unjuk);
2. Mangadati: ritus perkawinan yang dilaksanakan tidak berdasarkan adat Batak Dalihan Na Tolu, sehingga pasangan yang bersangkutan mangalua atau kawin lari, tetapi ritusnya sendiri dilakukan sebelum pasangan tersebut memiliki anak; dan
3. Pasahat sulang-sulang ni pahoppu: ritus perkawinan yang dilakukan di luar adat Batak Dalihan Na Tolu, sehingga pasangan bersangkutan mangalua dan ritusnya diadakan setelah memiliki anak.

 

Tahapan Perkawinan Adat Batak Toba

Ini adalah tahapan dari perkawaninan adat batak toba:                                              A. Paranakkon Hata:

1. Paranakkon hata artinya menyampaikan pinangan oleh paranak (pihak laki-laki) kepada parboru (pihak perempuan);
2. Pihak perempuan langsung memberi jawaban kepada ‘suruhan’ pihak laki-laki pada hari itu juga; dan                                                                                         3. Pihak yang disuruh paranak panakkok hata masing-masing satu orang dongan tubu, boru, dan dongan sahuta.
B. Marhusip
1. Marhusip artinya membicarakan prosedur yang harus dilaksanakan oleh pihak paranak sesuai dengan ketentuan adat setempat (ruhut adat di huta i) dan sesuai dengan keinginan parboru (pihak perempuan);
2. Pada tahap ini tidak pernah dibicarakan maskawin (sinamot). Yang dibicarakan hanyalah hal-hal yang berhubungan dengan marhata sinamot dan ketentuan lainnya; dan
3. Pihak yang disuruh marhusip ialah masing-masing satu orang dongan-tubu, boru-tubu, dan dongan-sahuta.

C. Marhata Sinamot
1. Pihak yang ikut marhata sinamot adalah masing-masing 2-3 orang dari dongan-tubu, boru dan dongan-sahuta.
2. Mereka tidak membawa makanan apa-apa, kecuali makanan ringan dan minuman.                                                                                                                  3. Yang dibicarakan hanya mengenai sinamot dan jambar sinamot.
 D. Marpudun Saut
Dalam Marpudun saut sudah diputuskan: ketentuan yang pasti mengenai sinamot, ketentuan jambar sinamot kepada si jalo todoan, ketentuan sinamotkepada parjambar na gok, ketentuan sinamot kepada parjambar sinamot, parjuhut, jambar juhut, tempat upacara, tanggal upacara, ketentuan mengenai ulos yang akan digunakan, ketentuan mengenai ulos-ulos kepada pihak paranak, dan ketentuan tentang adat.
Tahapannya sebagai berikut :
1. Marpudun saut artinya merealisasikan apa yang dikatakan dalam Paranak Hata, Marhusip, dan marhata sinamot; dan
2. Semua yang dibicarakan pada ketiga tingkat pembicaraan sebelumnya dipudun(disimpulkan, dirangkum) menjadi satu untuk selanjutnya disahkan oleh tua-tua adat. Itulah yang dimaksud dengan dipudun saut.
Setelah semua itu diputuskan dan disahkan oleh pihak paranak dan parboru, maka tahap selanjutnya adalah menyerahkan bohi ni sinamot (uang muka maskawin) kepada parboru sesuai dengan yang dibicarakan.setelah bohi ni sinamot sampai kepada parboru, barulah diadakan makan bersama dan padalan jambar (pembagian jambar). Dalam mardipudun saut tidak ada pembicaraan tawarmenawar sinamot, karena langsung diberitahukan kepada hadirin, kemudian parsinabung parboru mengambil alih pembicaraan. Pariban adalah pihak pertama yang diberi kesempatan untuk berbicara, disusul oleh simandokkon, pamarai, dan terkahir oleh Tulang. Setelah selesai pembicaraan dengan si jalo todoan maka keputusan parboru sudah selesai; selanjutnya keputusan itu disampaikan kepada paranak untuk melaksanakan penyerahan bohi ni sinamot dan bohi ni sijalo todoan. Sisanya akan diserahkan pada puncak acara, yakni pada saat upacara perkawinan nanti.).
E. Unjuk
Semua upacara perkawinan (ulaon unjuk) harus dilakukan di halaman pihak perempuan (alaman ni parboru), di mana pun upacara dilangsungkan. Berikut adalah tata geraknya:
 1. Memanggil liat ni Tulang ni boru muli dilanjutkan dengan menentukan tempat duduk.[Mengenai tempat duduk di dalam upacara perkawinan diuraikan dalam Dalihan Na Tolu.
 2.  Mempersiapkan makanan                                                                                      3. Paranak memberikan Na Margoar Ni Sipanganon dari parjuhut horbo,                  4. Parboru menyampaikan dengke (ikan, biasanya ikan mas),                              5. Doa makan,                                                                            6. Membagikan Jambar,                                                                                              7. Marhata adat – yang terdiri dari [1] tanggapan oleh parsinabung ni paranak, [2] dilanjutkan oleh parsinabung ni parboru, [3] Tanggapan parsinabung ni paranak, [4] tanggapan parsinabung ni parboru,                                                                          8. Pasahat sinamot dan todoan,                                                                          9. Mangulosi, dan                                                                                        10. Padalan Olopolop.
F. Tangiang Parujungan                                                                                        Doa penutut pertanda selesainya upacara perkawinan adat Batak Toba.

2.  Mamaholi


Mamoholi disebut manomu-nomu yang maksudnya adalah menyambut kedatangan (kelahiran) bayi yang dinanti-nantikan itu. Disamping itu juga dikenal istilah lain untuk tradisi ini sebagai mamboan aek ni unte yang secara khusus digunakan bagi kunjungan dari keluarga hula-hula/tulang.
Pada hakikatnya tradisi mamoholi adalah sebuah bentuk nyata dari kehidupan masyarakat Batak tradisional di bona pasogit yang saling bertolong-tolongan (masiurupan). Seorang ibu yang baru melahirkan di kampung halaman, mungkin memerlukan istirahat paling tidak 10 hari sebelum dia mampu mempersiapkan makanannya sendiri. Dia masih harus berbaring di dekat tungku dapur untuk menghangatkan badanya dan disegi lain dia perlu makanan yang cukup bergizi untuk menjamin kelancaran air susu (ASI) bagi bayinya.
Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu, maka saudara-saudara sekampung akan secara bergantian dari hari ke hari berikutnya mempersiapkan makanan bagi si ibu berupa nasi, lauk daging ayam atau ikan (na tinombur), jenis sayuran yang dipercaya membantu menambah produksi ASI (seperti bangun-bangun) dan lain-lain. Selain makanan siap saji, ada juga keluarga-keluarga yang membawa bahan makanan dalam bentuk mentah seperti beras, ayam hidup, ikan hidup dan yang lebih mentah lagi dalam bentuk uang. Sehingga paling sedikit untuk dua atau tiga bulan berikutnya si ibu yang baru melahirkan itu tidak perlu khawatir akan makanan yang ia butuhkan untuk merawat bayinya sebaik-baiknya sampai ia kuat untuk melakukan tugas-tugas kesehariannya.
Kunjungan pihak hulahula/tulang untuk menyatakan sukacita dan rasa syukur mereka atas kelahiran cucu itu adalah sesuatu yang khusus. Mungkin mereka akan datang beberapa hari setelah kelahiran bayi itu dalam rombongan lima atau enam keluarga yang masing-masing mempersiapkan makanan bawaannya, sehingga dapat dibayangkan berapa banyak makanan yang tersedia sekaligus.
Untuk menyambut dan menghormati kunjungan hulahula itu maka tuan rumah pun mengundang seluruh keluarga sekampungnya untuk bersama-sama menikmati makanan yang dibawa oleh rombongan hulahula itu. Setelah makan bersama, anggota rombongan hulahula akan menyampaikan kata-kata doa restu semoga si bayi yang baru lahir itu sehat-sehat, cepat besar dan dikemudian hari juga diikuti oleh adik-adik laki-laki maupun  perempuan.

3.  Kematian


Dalam tradisi Batak, orang yang mati akan mengalami perlakuan khusus, terangkum dalam sebuah upacara adat kematian. Upacara adat kematian tersebut diklasifikasi berdasar usia dan status si mati. Untuk yang mati ketika masih dalam kandungan (mate di bortian) belum mendapatkan perlakuan adat (langsung dikubur tanpa peti mati). Tetapi bila mati ketika masih bayi (mate poso-poso), mati saat anak-anak (mate dakdanak), mati saat remaja (mate bulung), dan mati saat sudah dewasa tapi belum menikah (mate ponggol), keseluruhan kematian tersebut mendapat perlakuan adat : mayatnya ditutupi selembar ulos (kain tenunan khas masyarakat Batak) sebelum dikuburkan. Ulos penutup mayat untuk mate poso-poso berasal dari orang tuanya, sedangkan untuk mate dakdanak dan mate bulungulos dari tulang (saudara laki-laki ibu) si orang mati.
Upacara adat kematian semakin sarat mendapat perlakuan adat apabila orang yang mati:
1. Telah berumah tangga namun belum mempunyai anak (mate di paralang-alangan / mate punu),
2. Telah berumah tangga dengan meninggalkan anak-anaknya yang masih kecil (mate mangkar),
3. Telah memiliki anak-anak yang sudah dewasa, bahkan sudah ada yang kawin, namun belum bercucu (mate hatungganeon),
4. Telah memiliki cucu, namun masih ada anaknya yang belum menikah (mate sari matua), dan
5. Telah bercucu tidak harus dari semua anak-anaknya (mate saur matua).
Mate Saurmatua menjadi tingkat tertinggi dari klasifikasi upacara, karena mati saat semua anaknya telah berumah tangga. Memang masih ada tingkat kematian tertinggi diatasnya, yaitu mate saur matua bulung (mati ketika semua anak-anaknya telah berumah tangga, dan telah memberikan tidak hanya cucu, bahkan cicit dari anaknya laki-laki dan dari anaknya perempuan) (Sinaga,1999:37–42). Namun keduanya
dianggap sama sebagai konsep kematian ideal (meninggal dengan tidak memiliki tanggungan anak lagi).




4.  Mangapuli


Kegiatan Mangapuli dalam adat batak adalah memberikan penghiburan kepada keluarga yang sedang berduka cita. Hanya saja Mangapuli tidak dilakukan secara asal-asal, semua ada prosedurnya dan prosedur ini erat hubunganya  dengan adat Batak Toba. Kita dan Pihak Keluarga datang membawa makanan, minuman untuk dimakan bersama-sama di rumah duka. Keluarga yang berduka sama sekali tidak direpotkan dengan makanan namun cukup menyediakan piring-piring, dan air putih saja.
Dan pihak keluarga yang berduka juga biasanya menyampaikan terimakasih kepada orang-orang yang sudah datang memberikan penghiburan (dukungan moril) kepada keluarga yang ditinggalkan yang biasa disebut Mangampu hasuhuton.


Sekian artikelnya. BiLa ada masukan silahkan komentar J:)