Adat Batak Toba Samosir
Horas
----
Tata
cara adat batak toba samosir :
Ada
beberapa maca tata cara ada batak toba, yang salah satunya adalah Paratur ni
parhundulon (Posisi Duduk).
Didalam
kehidupan orang Batak sehari-hari kekerabatan (partuturon) adalah kunci
pelaksanaan dari falsafah hidupnya, Boraspati (ini digambarkan dengan dua ekor
cecak/cicak, saling berhadapan, yang menempel di kiri-kanan Ruma
Gorga/Sopo/Rumah Batak). Kekerabatan itu pula yang menjadi semacam tonggak
agung untuk mempersatukan hubungan darah, menentukan sikap kita untuk
memperlakukan orang lain dengan baik.
Paratur
ni parhundulon atau posisi duduk adalah salah satu istilah dalam ritual adat
Batak, yang kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Posisi
duduk dalam suatu acara adat Batak sangat penting, karena itu akan mencerminkan
unsur-unsur penghormatan kepada pihak-pihak tertentu. Karena yang menulis bacaan
ini, termasuk saya, kesemuanya perempuan, maka ada baiknya kita memposisikan
diri sebagai pihak perempuan, agar nantinya mudah memahami berbagai struktur
partuturon yang saya dan kita semua tahu, sangat rumit. Kepada ito-ito yang
mungkin akan kebingungan, cobalah membayangkan seolah ito-ito semua adalah
perempuan dalam keluarga. Di akhir bacaan ini, diharapkan pembaca bisa memahami
posisinya masing-masing.
Petuah nenek moyang kita:
Ø Jolo tiniptip sanggar,
laho bahen huruhuruan, jolo sinungkun marga, asa binoto partuturan
Ø Hau antaladan,
parasaran ni binsusur, sai tiur do pardalanan molo sai denggan iba martutur
Ada tiga bagian kekerabatan, dinamakan ”
Dalihan Na Tolu ”:
Ø Manat mardongan tubu =
hati-hati bersikap terhadap dongan tubu
Ø Elek marboru =
memperlakukan semua perempuan dengan kasih
Ø Somba marhulahula =
menghormati pihak keluarga perempuan
Yang dimaksud dengan
dongan tubu ( sabutuha ) :
1. Dongan sa-ama ni suhut = saudara kandung
2. Paidua ni suhut ( ama martinodohon ) =
keturunan Bapatua/Amanguda
3. Hahaanggi ni suhut / dongan tubu ( ompu
martinodohon ) = se-marga, se-kampung
4. Bagian panamboli ( panungkun ) ni suhut =
kerabat jauh
5. Dongan sa-marga ni suhut = satu marga
6. Dongan sa-ina ni suhut = saudara beda ibu
7. Dongan sapadan ni marga ( pulik marga ), mis
: Tambunan dengan Tampubolon ( Padan marga akan saya tuliskan juga nanti,
lengkap dengan ‘Padan na buruk’ =sumpah mistis jaman dulu yang menyebabkan
beberapa marga berselisih, hewan dengan marga, kutukan yang abadi, dimana
hingga saat ini tetap ada tak berkesudahan )
Kata-kata bijak dalam
berhubungan dengan dongan sabutuha :
1.Manat ma ho mardongan sabutuha, molo naeng
sangap ho
2.Tampulon aek do na mardongan sabutuha
3.Tali papaut tali panggongan, tung taripas
laut sai tinanda do rupa ni dongan
Yang dimaksud dengan
boru :
1. Iboto dongan sa-ama ni suhut = ito kandung
kita
2. Boru tubu ni suhut = puteri kandung kita
3. Namboru ni suhut
4. Boru ni ampuan, i ma naro sian na asing jala
jinalo niampuan di huta ni iba = perempuan pendatang yang sudah diterima dengan
baik di kampung kita
5. Boru na gojong = ito, puteri dari
Amangtua/Amanguda ataupun Ito jauh dari pihak ompung yang se-kampung pula
dengan pihak hulahula
6. Ibebere/Imbebere = keponakan perempuan
7. Boru ni dongan sa-ina dohot dongan
sa-parpadanan = ito dari satu garis tarombo dan perempuan dari marga parpadanan
( sumpah ).
8. Parumaen/maen = perempuan yang dinikahi
putera kita, dan juga isteri dari semua laki-laki yang memanggil kita ‘Amang’
Kata-kata bijak dalam
berhubungan dengan boru :
- Elek ma ho marboru, molo naeng ho sonang
- Bungkulan do boru ( sibahen pardomuan )
- Durung do boru tomburon hulahula, sipanumpahi do boru tongtong di hulahula
- Unduk marmeme anak, laos unduk do marmeme boru = kasih sayang yang sama terhadap putera dan puteri
- Tinallik landorung bontar gotana, dos do anak dohot boru nang pe pulikpulik margana
Kata-kata bijak perihal
bere :
Amak do rere anak do bere, dangka do dupang ama
do tulang
Hot pe jabu i sai tong do i margulanggulang,
tung sian dia pe mangalap boru bere i sai hot do i boru ni tulang
Yang dimaksud dengan
hulahula :
- Tunggane dohot simatua = lae kita dan mertua
- Tulang
- Bona Tulang = tulang dari persaudaraan ompung
- Bona ni ari = hulahula dari Bapak ompung kita ( rumit ). Pokoknya, semua hulahula yang posisinya sudah jauh di atas, dinamai Bona ni ari.
- Tulang rorobot = tulang dari lae/isteri kita, tulang dari nantulang kita, tulang dari ompung boru lae kita dan keturunannya. Boru dari tulang rorobot tidak bisa kita nikahi, merekalah yang disebut dengan inang bao.
Kata-kata bijak
penuntun hubungan kita dengan hulahula:
- Sigaiton lailai do na marhulahula, artinya ; sebagaimana kalau kita ingin menentukan jenis kelamin ayam (jantan/betina ), kita terlebih dulu menyingkap lailai-nya dengan ati-hati, begitupula terhadap hulahula, kita harus terlebih dulu mengetahui sifat-sifat dan tabiat mereka, supaya kita bisa berbuat hal-hal yang menyenangkan hatinya.
- Na mandanggurhon tu dolok do iba mangalehon tu hulahula, artinya ; kita akan mendapat berkat yang melimpah dari Tuhan, kalau kita berperilaku baik terhadap hulahula.
- Hulahula i do debata na tarida
- Hulahula i do mula ni mata ni ari na binsar. Artinya, bagi orang Batak, anak dan boru adalah matahari ( mata ni ari ). Kita menikahi puteri dari hulahula yang kelak akan memberi kita hamoraon, hagabeon, hasangapon, yaitu putera dan puteri (hamoraon, hagabeon, hasangapon yang hakiki bagi orang Batak bukanlah materi, tetapi keturunan,selengkapnya baca di ‘Ruma Gorga’ )
- Obuk do jambulan na nidandan baen samara, pasupasu na mardongan tangiang ni hulahula do mambahen marsundutsundut so ada mara
- Nidurung Situma laos dapot Porapora, pasupasu ni hulahula mambahen pogos gabe mamora
Nama-nama partuturon dan bagaimana kita
memanggilnya ( ini versi asli, kalau ternyata dalam masa sekarang kita salah
menggunakannya, segeralah perbaiki ) (sekali lagi, kita semua memposisikan diri
kita sebagai laki-laki )
A. Dalam keluarga satu
generasi :
(1) Amang/Among : kepada bapak kandung
(2) Amangtua : kepada abang kandung bapak kita,
maupun par-abangon bapak dari dongan sabutuha, parparibanon. Namun kita bisa
juga memanggil ‘Amang’ saja
(3) Amanguda : kepada adik dari bapak kita,
maupun par-adekon bapak dari dongan sabutuha, parparibanon. Namun bisa juga
kita cukup memanggilnya dengan sebutan “Amang’ atau ‘Uda’
(4) Haha/Angkang : kepada abang kandung kita,
dan semua par-abangon baik dari amangtua, dari marga
(5) Anggi : kepada adik kandung kita, maupun
seluruh putera amanguda, dan semua laki-laki yang marganya lebih muda dari
marga kita dalam tarombo. Untuk perempuan yang kita cintai, kita juga bisa
memanggilnya dengan sebutan ini atau bisa juga ‘Anggia’
(6) Hahadoli : atau ‘Angkangdoli’, ditujukan
kepada semua laki-laki keturunan dari ompu yang tumodohon ( mem-per-adik kan )
ompung kita
(7) Anggidoli : kepada semua laki-laki yang
merupakan keturunan dari ompu yang ditinodohon ( di-per-adik kan ) ompung kita,
sampai kepada tujuh generasi sebelumnya. Uniknya, dalam acara ritual adat,
panggilan ini bisa langsung digunakan ( tidak perlu memakai Hata Pantun atau
JagarJagar ni hata : tunggu artikel berikut )
(8) Ompung : kepada kakek kandung kita.
Sederhananya, semua orang yang kita panggil dengan sebutan ‘Amang’, maka
bapak-bapak mereka adalah ‘Ompung’ kita. Ompung juga merupakan panggilan untuk
datu/dukun, tabib/Namalo.
(9) Amang mangulahi : kepada bapak dari ompung
kita. Kita memanggilnya ‘Amang’
(10) Ompung mangulahi: kepada ompung dari
ompung kita
(11) Inang/Inong : kepada ibu kandung kita
(12) Inangtua : kepada isteri dari semua bapatua/amangtua
(13) Inanguda : kepada isteri dari semua
bapauda/amanguda
(14) Angkangboru : kepada semua perempuan yang
posisinya sama seperti ‘angkang’
(15) Anggiboru : kepada adik kandung. Kita
memanggilnya dengan sebutan ‘Inang’
(16) Ompungboru : lihat ke atas
(17) Ompungboru mangulahi : lihat ke atas
(Note : sampai disini, kalau masih bingung,
mari minum-minum kopi sambil merokok-merokok, atau minum-minum jus)
B. Dalam hubungan
par-hulahula on
(a) Simatua doli : kepada bapak, bapatua, dan
bapauda dari isteri kita. Kita memangilnya dengan sebutan ‘Amang’
(b) Simatua boru : kepada ibu, inangtua, dan
inanguda dari isteri kita. Kita cukup memangilnya ‘Inang’
(c) Tunggane : disebut juga ‘Lae’, yakni kepada
semua ito dari isteri kita
(d) Tulang na poso : kepada putera tunggane
kita, dan cukup dipangil ‘Tulang’
(e) Nantulang na poso : kepada puteri tunggane
kita, cukup dipanggil ‘Nantulang’
(f) Tulang : kepada ito ibu kita
(g) Nantulang : kepada isteri tulang kita
(h) Ompung bao : kepada orangtua ibu kita, cukup
dipanggil ‘Ompung’
(i) Tulang rorobot : kepada tulang ibu kita dan
tulang isteri mereka, juga kepada semua hulahula dari hulahula kita
(amangoi…borat na i )
(j) Bonatulang/Bonahula : kepada semua hulahula
dari yang kita panggil ‘Ompung’
(k) Bona ni ari : kepada hulahula dari ompung
dari semua yang kita panggil ‘Amang’, dan generasi di atasnya
C. Dalam hubungan
par-boru on
(1) Hela : kepada laki-laki yang menikahi
puteri kita, juga kepada semua laki-laki yang menikahi puteri dari abang/adik
kita. Kita memanggilnya ‘Amanghela’
(2) Lae : kepada amang, amangtua, dan amanguda
dari hela kita. Juga kepada laki-laki yang menikahi ito kandung kita
(3) Ito : kepada inang, inangtua, dan inanguda
dari hela kita
(4) Amangboru : kepada laki-laki ( juga
abang/adik nya) yang menikahi ito bapak kita
(5) Namboru : kepada isteri amangboru kita
(6) Lae : kepada putera dari amangboru kita
(7) Ito : kepada puteri dari amangboru kita
(8) Lae : kepada bapak dari amangboru kita
(9) Ito : kepada ibu/inang dari amangboru kita
(10) Bere : kepada abang/adik juga ito dari
hela kita
(11) Bere : kepada putera dan puteri dari ito
kita
(12) Bere : kepada ito dari amangboru kita
Beberapa hal yang perlu
di ingat :
- Hanya laki-laki lah yang mar-lae,
mar-tunggane, mar-tulang na poso dohot nantulang na poso
- Hanya perempuan lah yang mar-eda, mar-amang
na poso dohot inang na poso
- Di daerah seperti Silindung dan sekitarnya,
dalam parparibanon, selalu umur yang menentukan mana sihahaan (menempati posisi
haha ), mana sianggian ( menempati posisi anggi ). Tapi kalau di Toba, aturan
sihahaan dan sianggian dalam parparibanon serta dongan sabutuha sama saja
aturannya.